PERANG SALIB
Oleh : Syahmiruddin Pane, S.Sos., M.A.
A. Pendahuluan
Perang keagamaan (Perang
Salib) yang terjadi hampir dua abad antara ummat Kristen di Eropa dengan ummat
Islam di Asia menjadi sebuah sejarah panjang yang memberikan kontribusi
berharga bagi kemajuan bangsa Eropa sekaligus sebuah peristiwa yang sangat
memprihatinkan dan banyak memakan korban. Selain itu sejarah Perang Salib akan
menjadi pelajaran yang berharga bagi ummat manusia baik Barat maupun Timur.
Disebut dengan
Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai
pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang
suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Makdis dari tangan
orang-orang Islam.
Sejarah manusia
menunjukkan betapa agama kerapkali dijadikan alat untuk kepentingan tertentu. Ini
juga halnya yang terjadi pada Perang Salib (Crusade). [1]
Karena perang ini merupakan reaksi
dunia Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Bagi orang Eropa sendiri perang ini
dianggap sebagai kebangkitan agama, bahkan merupakan gerakan kerohanian yang
tinggi yang mana dunia Kristen Barat menyadari dan menemukan identitas baru.[2]
Kebencian
Kristen terhadap ummat Islam dimulai sejak disebarkannya Islam ke daerah-daerah
kekuasaan Bizantium, terutama pada abad ke-8 Masehi, yakni ketika ummat Islam
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kristen di Eropa.
Mereka melihat bahwa kekuasaan Islam dapat mengancam bahkan menghancurkan
Konstantinopel sebagai ibukota kerajaan Bizantium. Dendam dan kebencian yang
disimpan ummat Kristen mencetuskan Perang Salib yang tujuannya adalah merebut
kembali wilayah-wilayah yang sudah dikuasai ummat Islam.
Dalam pengkajian makalah ini penulis bertujuan untuk menjadikan
fenomena sejarah masa lalu menjadi iktibar penting dengan menganalisis
keberadaan Perang Salib itu sendiri, agar kiranya tidak terulang di masa yang
akan datang. Karena itu dalam makalah ini akan dikaji latar belakang Perang
Salib serta dampaknya bagi perkembangan sains di negara Barat.
B. Latar Belakang Perang Salib
Sejak berdirinya
kekuasaan Islam, orang-orang Kristen diberi kebebasan beragama dan kekuasaan
dalam berbagai jabatan dalam pemerintahan. Ketika Yerussalem dan Syiria dibawah
kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir. Penguasa Mesir mendorong perniagaan
dan perdagangan Kristen.
Menurut Amir K. Ali ada beberapa faktor
penyebab terjadinya Perang Salib.[3]
- Perang Salib itu terjadi karena adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang-orang Kristen untuk saling menguasai. Munculnya Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh Eropa Kristen sehingga pada abad ke-II pasukan orang Kristen Barat diarahkan untuk melawan Islam.
- Pada masa itu Eropa Kristen di Yerussalem semakin bergairah pada abad II dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Karena Palestina dibawah kekuasaan Turki.
- Pada masa itu, Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme. Raja dan Pengeran terlibat perang satu sama lain.
Pendapat lain menyatakan bahwa faktor penyebab
terjadinya Perang Salib adalah karena faktor agama, hal ini dapat dilihat dari
tanda salib yang dipergunakan para tentara Kristen.[4]
Selain itu terdapat motif lain seperti perdagangan, pengembaraan atau keinginan
membebaskan diri dari kesulitan hidup di Eropa.[5]
Ummat Islam sudah memandang lebih baik hidup
berdampingan dengan negara dan agama lain dengan tidak memaksa atau menguasai /
menaklukkan negara lain. Tetapi tetap saja tokoh Kristen tetap menganggap Islam
sebagai ideologi yang mengancam kejayaan Kristen di masa depan. Jihad
tetap dianggap sesosok hantu yang menakutkan bagi ummat Kristen.[6]
Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak
Kristen terhadap kekuatan muslim pada periode 1096 – 2073 M dikenal sebagai
Perang Salib.[7]
Adapun penyebab terjadinya Perang Salib dilatar belakangi
oleh beberapa hal, antara lain:
- Faktor Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul
Makdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1070. Pihak Kristen merasa
tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana. Hal ini disebabkan karena para
penguasa sejak menetapkan sejumlah peraturan-peraturan yang dianggap
mempersulit mereka yang pulang berziarah dan sering mengeluh karena mendapat
perlakuan yang fanatik. Ummat Kristen merasa perlakuan
penguasa Islam telah menghalangi ummat Kristen yang ingin beribadat he Baitul
Makdis.
- Faktor Politik / Kekuasaan
Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Costantinopel pada
tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong
Kaisar Alexius I Commerus untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus
II dalam usahanya untuk megembalikan kekuasaannya di daerah penduduk
Dinasti Saljuk.
- Faktor Sosial Ekonomi
Pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut
Tengah terutama yang berada di Kota Venezia Genoa, dan Pisa berambisi untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang Pantai Timur dan Selatan Laut
Tengah untuk memperluas jaringan dagangan mereka.[8]
Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan tersebut menjadi pusat
perdagangan dan adanya propoganda. Jalannya Perang Salib selain stratifikasi
sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata
dengan dijalankannya hukum waris yang menyebabkan populasi kemiskinan
meningkat.[9]
C. Proses Berlangsungnya Perang Salib
Sebagaimana telah
diungkapkan pada pendahuluan bahwa meletusnya perang Salib memakan waktu yang
lama, yakni hampir satu setengah abad. Berikut ini akan diuraikan bagaimana
terjadinya Perang salib dari berbagai periode:
- Perang Salib yang Pertama (1096 – 1144 M)
Perang Salib ini semula digerakkan oleh seorang Pendeta Prancis
yang bernama Peter dan kemudian di back up oleh Paus di Patikan, Raja
Kristen di Eropa dan oleh Kepala Kristen di Konstantinopel.[10]
Ini merupakan serbuan pertama dalam sejarah Perang Salib
yang telah memakan waktu dua abad. Serangan ini sebagai konsekuensi dari seruan
Paus yang telah menggema dan mengguncang Prancis ketika itu. Pada tanggal 26
November 1905 M. Para Salibis berhasil menguasai Palestina dan mendirikan empat
kerajaan besar, yakni di Baitul Makdis, di Antiochia, di Tripolisia dan di Edessa.
Pembunuhan massal terjadi sehingga tidak kurang dari 70.000 mayat
bergelimpangan disepanjang kota suci ini. Tangan, kepala dan kaki manusia berserakan dimana-mana.[11]
Bahkan ketika menaklukkan Tripoli,
selain membantai masyarakatnya mereka juga membakar perpustakaan, perguruan
tinggi dan sarana industri hingga menjadi abu.[12]
Perselisihan antara sultan-sultan
Saljuk memudahkan pasukan Salib merebut kekuasaan-kekuasaan Islam.
Peristiwa yang
sangat memilukan ini menjadi dendam sejarah khususnya bagi kaum muslimin ketika
itu, hingga pada tahun 512 H / 1127 M, muncul seorang pahlawan Islam yang tekenal
Imaduddin Zanki, seorang Gubernur dari Moshul yang dapat mengalahkan pasukan
Salib di Aleppo dan Hummah. Inilah kemengan pertama
bagi kaum muslimin, sehingga tentara Salib harus merasakan bagaimana tidak
enaknya kalah sampai memakan banyak korban.
- Perang Salib kedua (1144 – 1192)
Lalu Paus II selaku pemegang otoritas tertinggi di Barat
mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen, para Pendeta, para Kesatria dan orang-orang
miskin pada tanggal 26 November 1095 di Clermont (Prancis sebelah Tenggara).
Dalam pertemuan tersebut ia berpidato dan menyerukan kepada ummat kristen untuk
bersatu padu dalam perang suci melawan ummat Islam. Dalam seruannya ia
mengatakan bahwa orang-orang Turki Saljuk adalah kaum Barbar yang baru masuk
Islam dan telah menghancurkan Anatolia di Asia Kecil (Turki Modern) serta
mencaplok negeri-negeri Bizantium Kristen. Paus berteriak “ras yang terkutuk,
ras yang sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang yang hatinya tidak mendapat
petunjuk dan tidak diurus Tuhan, maka membunuh para monster yag tidak bertuhan
adalah tindakan suci, maka orang kristen wajib memusnahkan ras keji dari negeri
kita“. Para Ksatria Eropa diseru untuk merebut Yerussalem dan membebaskannya
dari kaum muslimin karena sangat memalukan bila kristus berada dalam genggaman
kaum muslimin (persi Paus).[13]
Ia juga berjanji memberikan ampunan atas segala dosa-dosa bagi mereka yang
turun ke medan juang. Mungkin inilah pidato paling berpengaruh yang pernah
disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang meneriakkan slogan
Deus Vult (Tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan.
Dalam
waktu yang sangat singkat seruan Paus berhasil mempengaruhi dan mengumpulkan
lebih dari 150.000.000 pasukan Kristen yang dikumpulkan di Kostantinopel.
Pasukan tersebut berasal dari Bangsa Prancis (Franks) dan Bangsa Normandia
(Normans).[14] Maka meletuslah perang besar yang dikenal
dengan Perang salib ( The Crussade).
Proses kekalahan ini, tentara Salib meminta
tambahan pasukan kepada Paus. Dengan dipimpin langsung oleh Raja Louis VII dari
Prancis, Kaisar Kouurad dari Jerman dan Putra Roger dari Silsilia mereka
melakukan penyerbuan kembali tepatnya pada tahun 1147 – 1179 M. Serangan ini disambut hangat oleh
Nuruddin Zanki (Putra Imaduddin Zanki) yang kehebatannya sama seperti ayahnya
sehingga tentara Salib II tidak berkutik dan dapat dikalahkan.
Melihat
ketangguhan kepemimpinan Nuruddin Zanki di Pantai Laut Timur Tengah, tentara
Salib merubah arah penyerbuan dan menjadikan Mesir sebagai daerah target
operasi. Penyerangan mereka disambut oleh Salahuddin al-Ayyubi. Tentara Islam
dapat merebut kembali Baitul Makdis yang tadinya sudah dikuasai oleh Kristen.
Shalahuddin segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir dan seelh
Dinasti Abbasiyah hancur Shalahuddin menjadi penguasa Mesir (570 – 590 H / 1174
– 1193 M) dan berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M.
- Perang Salib Ketiga (1193 – 1291)
Tentara Salib bertahan dan
memperkuat diri di Pelabuhan Shour di sebelah Barat dan mereka mengirim utusan
(Pendeta) untuk mengirimkan Tentara Salib tambahan. Maka datanglah pasukan
tambahan di bawah pimpinan Frederick Raja Australia dan Jerman dengan membawa
200.000 pasukan. Kemudian ditambah lagi tentara Eropa di bawah pimpinan Richard
Hati Singa (the Lion Heart) semakin menyempurnakan kekuatan tentara
Salib sehingga mereka dapat merebut kota
Okka. Peristiwa ini sangat memilukan hati kaum muslimin. Richard si hati singa
adalah monster pembunuh yang telah membantai 30.000 nyawa tawanan Islam.
Sebenarnya
Salahuddin al-Ayyubi telah menyadari akan bahayanya mmbiarkan musuh memperkuat
diri di Pelabuhan Shour dan telah meminta bantuan kepada Sultan Ya’tub Raja
terbesar Muwahiddin yang menguasai daerah Marokko dan Andalusia Selatan untuk
menghalangi datangnya bantuan. Sultan takut malah mereka yang akan menjadi
sasaran serangan sehingga tidak mengirim bantuan. Tentara Salib dengan enaknya
melewati selat Gibraltar. Namun demikian
Shalahuddin berhasil mempertahankan dan merebut kembali Yerussalem dan ini
merupakan hasil peperangan terbesar Shalahuddin al-Ayyubi.
Gagal
untuk kembali merebut Yerussalem tentara Salib bergerak untuk menguasai Mesir
dengan meninggalkan daerah yang telah mereka kuasai, yakni Kaisaria, Yaffa dan
Asqalan. Kesempatan ini digunakan oleh Salahuddin dengan menyerang mereka dari
belakang, sehingga dapat merebut kota
Yaffa. Richard jatuh sakit dan menawarkan damai.
Secara
diam-diam Salahuddin al-Ayyubi menyamar menjadi dokter dan datang ke kemah
Richard untuk merawat dan mengobatinya. Dengan kasih sayang dan keluhuran budi
ia merawat Richard sehingga sembuh. Setelah itu barulah ia memberitahukan siapa
dirinya sebenarnya sehingga membuat Richard terkagum-kagum dan amat berterima
kasih kepada Salahuddin. Keduanya pun sepakat berdamai pada tahun 1192 M.
setahun kemudian wapatlah sang pahlawan Islam dalam usia 75 tahun pada tahun 58
H / 1193 M.[15]
Sebenarnya
nuansa persaudaraan sudah terbina sehingga adek perempuan Richard dinikahkan
dengan al-Malikul Adil untuk melanjutkan dan membina perdamaian, tetapi setelah
mendengar berita wafatnya Salahuddin Paus selalu menghasut raja-raja Eropa
untuk melanjutkan perang. Pasukan Salib sudah pecah karena persaingan, tidak
satu visi lagi maka pada tahun 1291 Sultan Asyyuraf Khalil dari Mesir berhasil
mengusir tentara Salib dan bentengnya yang terakhir.[16]
- Perang salib keempat (1922)
Sebagaimana penulis uraikan di
atas, berita kematian Salahuddin al-Ayyubi membangkitkan ambisi Paus Cylinsius
III untuk mengirim tentara Salib IV. Namun tentara Salib IV ini tidak sedahsyat
serbuan tentara Salib sebelumnya, sehingga sampai tentara Salib VIII dapat
ditaklukkan oleh para Mujahidin Islam. Tahun 1922 M, resmilah tentara Salib
penyerbu terusir dari Timur.[17]
D. Dampak Perang Salib
Perang
Salib yang berlangsung selama hampir dua abad (1095 – 1291) membawa dampak yang
sangat berarti terutama bagi Eropa yang beradabtasi dengan peradaban Islam yang
jauh lebih maju dari berbagai sisi. Perang Salib menghasilkan hubungan antara
dua dunia yang sangat berlainan. Masyarakat Eropa yang lamban dan enggan
terhadap perdagangan dan pendapatnya yang naïf terhadap dunia usaha. Masyarakat
Eropa terkesan ortodok dan tradisional. Di sisi lain terdapat masyarakat
Bizantium yang gemerlapan dengan vitalitas perkotaan, kebebasan berekonomi
secara luas dengan tidak ada pencelaan dari ideologi tertentu dan dengan
perdagangan yang maju.
Prajurit
perang Salib datang dari benteng-benteng yang sangat gersang dan mengira bahwa
mereka akan berhadapan dengan Bangsa yang biadab dan Barbar yang lebih dari
mereka, ternyata terperangah ketika sudah berhadapan langsung dengan dunia
Timur yang lebih beradab, maju dengan peredaran uang yang cukup banyak sebagai
pondasi perekonomian.[18]
Mereka
sangat tertarik dengan peradaban serta budaya Islam yang jauh lebih maju.
Bahasa Arab mulai mereka gunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Tidak
sedikit pula diantara mereka yag memeluk agama Islam dan kawin dengan penduduk
asli. Hal inilah yang terjadi pada Richard the Lion Heart.[19]
Secara
sederhana dampak Perang Salib dapat dijelaskan sebagaimana berikut: Pertama
: Perang salib yang berlangsung antara Bangsa Timur dengan Barat menjadi penghubung
bagi Bangsa Eropa khususnya untuk mengenali dunia Islam secara lebih dekat
lagi. Ini memiliki arti yang cukup penting dalam kontak peradaban antara Bangsa
Barat dengan peradaban Timur yang lebih maju dan terbuka. Kontak peradaban ini
berdampak kepada pertukaran ide dan pemikiran kedua wilayah tersebut. Bangsa Barat
melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan di Timur dan hal ini
menjadi daya dorong yang cukup kuat bagi Bangsa Barat dalam pertumbuhan
intelektual dan tata kehidupan Bangsa Barat di Eropa. Interaksi
ini sangat besar andilnya dalam gerakan renaisance di Eropa.[20]
Sehingga dapat dikatakan kemajuan Eropa adalah hasil transformasi peradaban
dari Timur.
Kedua : Pra
Perang Salib masyarakat Eropa belum melakukan perdagangan ke Bangsa Timur,
namun setelah Perang Salib interaksi perdagangan pun dilakukan. Sehingga pembauran
peradaban pun tidak dapat dihindarkan terlebih lagi setelah Bangsa Barat
mengenal tabiat serta kemajuan Bangsa Timur.[21]
Perang Salib membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap perkembangan
ekonomi Bangsa Eropa. Kehidupan lama Bangsa Eropa yang berdasarkan ekonomi
semata sudah berkembang dengan berdasarkan mata uang yang cukup kuat.[22]
Dengan kata lain Perang Salib mempercepat proses transformasi perekonomian
Eropa.
Ketiga :
Perang Salib sebagai sarana mengalirnya ilmu pengetahuan dari Timur ke Barat. Pasca
penyerbuan yang berlangsung lebih dari 2 abad, para tentara Barat mulai
menyesuaikan diri denga kehidupan Bangsa Timur. Mereka melihat ketinggian
peradaban dan budaya Islam dalam berbagai aspek kehidupan, yakni, makanan,
pakaian, alat-alat rumah tangga, musik, alat-alat perang, obat-obatan, ilmu
pengetahuan, perekonomian, irigasi, tanam-tanaman, sastra, ilmu militer,
pertambangan, pemerintahan, pelayaran (navigasi) dan lain-lain. Tentara Salib (crusaders) membawa
berbagai keilmuan ke negara mereka dengan kata lain terjadi transformasi budaya
(culture) dan peradaban (civilazation) dari Timur ke Barat.[23]
Keempat
: Bangsa Barat melakukan penyelidikan terhadap seni dan budaya (art and
culture) serta pengetahuan (knowledge) dan berbagai penemuan ilmiyah
yang ada di Timur. Hal ini meliputi sistem pertanian, sistem industri Timur
yang sudah berkembang dan maju serta alat-alat teknologi yang dihasilkan Bangsa
Timur seperti kompas kelautan, kincir angin dan lain-lain.[24]
Setelah kembali ke negerinya Bangsa Eropa menyadari betapa pentingnya
memasarkan produk-produk Timur yang lebih maju, mereka mendirikan sistem-sistem
pemasaran produk Timur. Maka semakin pesatlah perkembangan perdagangan antara
Timur dengan Barat.
Kelima
: Perang Salib yang meluluh-lantakkan infra dan suprastruktur terutama di
negara-negara Timur berakibat tertanamnya rasa kebencian antara Timur dan
Barat. Di benak Kristen Eropa diyakini sangat membenci warga Negara Timur baik
yang beragama Kristen, Yahudi terutama terhadap muslim.[25]
Tentunya hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan menjadi bom waktu
yang siap meledak kapan saja.
E. Penutup
Tragedi
Perang Salib yang berlangsung selama hampir 2 abad mempengaruhi banyak hal,
baik itu persepsi masyarakat Islam terhadap dunia Barat (Kristiani) dan cara
pandang Kristen terhadap agama Islam. Saling menyerang dan membunuh yang
terjadi pada Perang Salib tersebut secara kodrati memang hal yang wajar terjadi
sesuai dengan kehendak zaman. Namun yang perlu diantisipasi oleh siapapun
adalah menjadikan simbol-simbol sebagai pelegitimasi dan mengakumulasi
kekuatan ummat untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang pada akhirnya dapat
merugikan bagi kehidupan ummat manusia itu sendiri. Hal ini terjadi sebagaimana
peristiwa Perang Salib yang pada awalnya bukan hanya diawali oleh faktor agama
tetapi sudah berbagai kepentingan yang bercampur aduk.
Perang
Salib sekalipun dimenangkan oleh pihak Islam, tetapi jka dilihat dari
perspektif peradaban (civilization) Islam sangat dirugikan dan
sebaliknya Barat sekalipun kalah tetapi banyak belajar dan berhasil membangun
peradaban yang lebih maju setelah melihat dasar-dasar sainsnya dari
peradaban Islam. Dengan kata lain Barat berhutang jasa kepada Islam, sebab
tanpa transformasi peradaban melalui tragedi Perang Salib ini, Barat tidak bisa
berdiri tegak seperti sekarang ini.
Ummat
Islam haruslah mencari dan dapat menemukan kembali mutiara yang hilang di masa
lalu sehingga di masa mendatang Islam kembali mampu memimpin dunia dengan
kejayaan peradabannya sebagaimana yang pernah dicapai pada masa dinasti-dinasti yang lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2003.
_________. Studies in Islamic History. Delhi
: Jayyed Press, 1980.
Amstrong, Karen. Perang Suci: Dari Perang Salib hingga
Perang Teluk (terj) Hikmat Darmawan. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2003.
Al-Faruqi, Ismail R. The Culture Atlas of Islam. New York : Macmillan,
1986.
Harun, M. Yahya. Perang Salib dan Pengaruh Islam di
Eropa. Yogyakarta : Bina Usaha, 1987.
Hassan, Ibrahim Hassan. Tarikh al-Islam
jilid IV. Kairo : Maktabah al-Nadhah al-Mishriyah, 1967.
Hitti, Philip K. History of The Arabs. London : The Macmillan
Press Ltd., 1974 (terj) Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid
I. Jakarta : UI Press, 1985.
Sunanto, Musrifah, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam. Rawamangun : Prenada Media, 2003.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Ummat
Islam. Tk : Tp, 2004.
Watt, W. Montgomery.
Kejayaan
Islam :Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta : Tiara wacana, 1990.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1996.
[1]Istilah Crusade yang berarti Perang Salib ini
berasal dari bahasa Prancis yakni “Croix“ yang bermakna salib atau “Cross“.
Disebut perang ini dengan Perang Salib karena perang ini dipelopori oleh Paus Paulus
Urbanus II dalam menghimpun Perang Salib dan berjanji memberikan ampunan bagi
mereka (pasukan yang terlibat) sampai pada target akhir merebuit Yerussalem
dari tangan kaum muslimin.
[2]W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam :Kajian Kritis dari
Tokoh Orientalis (Yogyakarta : Tiara wacana, 1990), h. 225.
[3]Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di
Kawasan Ummat Islam (Tk : Tp, 2004), h. 136 – 137.
[5]Karen Amstrong, Perang Suci: Dari Perang
Salib hingga Perang Teluk (terj) Hikmat Darmawan (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 83.
[7]K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern)
(Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 20.
[9]Hal ini diterangkan di dalam Ensiklopedi
Islam yang membahas penyebab terjadinya Perang Salib.
[10]Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik:
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Rawamangun : Prenada Media, 2003), h.
187.
[11]Philip K. Hitti, History of The Arabs
(London : The Macmillan Press Ltd., 1974), ed. X, h.
636. (terj) Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
[12]M. Yahya Harun, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa
(Yogyakarta : Bina Usaha, 1987), h. 12.
[14]K. Ali, Studies in Islamic History (Delhi : Jayyed Press, 1980), h. 275.
[20]K. Ali, Sejarah, h. 286.
[22]Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta : III T Indonesia, 2002), h. 25.
[23]Ismail R. Al-Faruqi, The Culture Atlas of
Islam (New York : Macmillan, 1986), h. 257.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar