ISLAM IS THE BEST

Selasa, 17 Juli 2012

Produksi


PRODUKSI
Oleh: Syahmiruddin Pane, S.Sos, M.A.

Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen dan bertujuan untuk memperoleh mashlahah maksimum melalui aktifitasnya. Produsen dalam perspektif ekonomi Islam bukanlah seorang pemburu laba maksimal melainkan pemburu mashlahah. Ekspresi mashlahah dalam kegiatan produksi adalah keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menentukan kombinasi antara berkah dan keuntungan yang memberikan mashlahah maksimal. Tujuan produsen bukan hanya laba, maka pertimbangan produsen juga bukan semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (nonteknis) yang ada pada sumber maupun output.[1]

Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi dilihat dari tiga hal, yaitu: apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang / jasa diproduksi. Ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari empat faktor produksi; tiga faktor produksi lainnya adalah sumber alam, modal dan keahlian.[2]

  1. FAKTOR PRODUKSI
Produksi adalah aktifitas manusia yang diorganisasikan secara maksimal dan internasional. Manusia adalah bintang ekonomi, tujuannya adalah produksi. Faktor utama adalah tenaga manusia.[3]

Dalam pandangan Baqir el-Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.       Filosofi Ekonomi
b.      Ilmu Ekonomi
Perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-batasan syari'ah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan.

Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam:
a.       Faktor produksi tenaga kerja
b.      Faktor produksi bahan baku dan bahan penolong
c.       Faktor produksi moral
Diantara ketiga faktor produksi, faktor produksi modal yang memerlukan perhatian khusus karena dalam ekonomi konvensional diberlakukan sistem bunga. Pengenaan bunga terhadap modal ternyata membawa dampak yang luas bagi tingkat efisiensi produksi.[4]

Dikalangan para ekonomi Muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi. Menurut Al-Maududi dan Abu Su'ud, faktor produksi terdiri atas amal / kerja (labor), tanah (land) dan modal (kapital). Sedangkan menurut M.A Mannan yang menyatakan bahwa faktor produksi hanya berupa amal / kerja dan tanah. Kapital (modal) bukanlah merupakan faktor produksi yang independen, karena kapital (modal) bukanlah faktor dasar. Kapital merupakanmanifestasi dan hasil atas suatu pekerjaan. Dalam term konvensional, kapital yang telah diberikan menuntut adanya retunr, yang biasanya berupa bunga. Melakukan produksi juga penting bagi manusia. Jika manusia ingin hidup dan mencari nafkah, manusia harus makan. Dan ia harus memproduksi makanannya. Hanya tenaganya yang mengizinkannya untuk tetap dapat makan.[5]

Manusia tidak dapat sendirian memproduksi cukup makanan untuk hidupnya. Jika ingin bertahan, ia mengorganisasikan tenaganya. Melalui modal atau melalui keterampilan, operasi produksi yang paling sederhana mensyaratkan kerja sama dari banyak orang dan latar belakang teknis dari keseluruhan peradaban. Abu Sa'ad (1965) mengaplikasikan faktor produksi sebagaimana dalam ekonomi konvensional, yaitu: Sumber Daya Alam (tanah), usaha manusia (tenaga kerja), modal (kapital), serta organisasi / wira usaha. Modal (baik modal fisik maupun uang) akan mengalami depresiasi sementara tanah tidak, sehingga sewa tetap (fixed rent) dapat dikenalkan modal tetapi tidak dapat dikenakan pada tanah. Sewa tetap ini akan mencakup sebagai biaya untuk pemeliharaan dan depresiasi. Implikasi tersebut bahwa pemanfaatan tanah dengan cara muzara'ah yaitu bagi hasil pertanian (share cropping) lebih sesuai dari pada sewa tanah untuk pertanian.[6]

  1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi ialah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (kombinasi) penggunaan input.

Q=f(Xa1,Xb1,Xc1,..........Xn)
Dimana Xa1, Xb1, Xc1,.....Xn menunjukkan jumlah dari kombinasi input dan Q menunjukkan output. Keberadaan input adalah mutlak dan harus ada didalam suatu proses produksi. Tidak semua input tersebut akan memberikan kontribusi yang sama, dan karakteristik diantara input tesebut juga berbeda. Selain rumus yang diatas, fungsi produksi / input dapat ditulis secara matematis dengan:
           
            Q=f(K,L,R,T)
            Q=tingkat produksi
            K=modal
            L=tenaga kerja dan keahlian wirausahawan
            R=kekayaan alam
            T=teknologi

Maksud dari pernyataan diatas adalah tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.[7]

Karena semua input yang digunakan mengandung biaya, maka prinsip dari produksi adalah bagaimana produksi dapat berjalan sehingga mampu mencapai tingkat yang paling maksimum dan efesiensi dengan (1) Memaksimumkan output dengan menggunakan input tetap, (2) Meminimalkan penggunaan input untuk mencapai tingkat output yang sama.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut: The Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian setelah mencapai suatu titik tertentu akan semakin menurun seiring dengan pertambahan input. Dengan demikian pada hakikatnya The Law of Diminishing Returns dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:
$    Tahap pertama, produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat.
$    Tahap kedua, produksi total pertambahannya semakin lambat.
$    Tahap ketiga, produksi total semakin lama semakin berkurang.[8]

  1. MOTIF PRODUKSI
Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang.[9] Dalam ilmu ekonomi konvensional senantiasa menusung maksimalisasi keuntungan sebagai motif utama. Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntungan yang menjadi pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi konvensional bukannya salah satu ataupun dilarang dalam Islam. Islam ingin mendudukkannya pada posisi yang besar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi kepuasan dan keuntungan akhirat.

Motif keuntungan maksimal merupakan tujuan dari teori produksi dan ekonomi konvensional yang merupakan konsep yang absurd. Secara teoritis memang dapat dihitung pada keadaan bagaimana keuntungan maksimal dicapai. Dalam praktek tak seorang pun mengetahui apakah pada saat tertentu ia sedang, sudah atau bahkan belum mencapai keuntungan maksimal. Dalam ekonomi konvensional pun diakui bahwa keadaan keseimbangan dalam pasar bebas dimana semua perusahaan berada dalam "normal profit" yang tercapai dalam jangka panjang. Implikasi dari absurditas konsep itu adalah hanya bisa dijadikan acuan teknis yang tidak dapat menjadi patokan prilaku.[10] Upaya memaksimalkan keuntungan sistem ekonomi konvensional sangat mendewakan produktifitas dan efesiensi ketika berproduksi.

  1. PRODUKSI DALAM PANDANGAN ISLAM
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT, sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan meyakinkan ini menjadi pembuka kitab suci Umat Islam, dalam ayat:
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir". (QS.Al-Jaatsiyah {45} : 13)

Rabb, yang sering diterjemahkan "Tuhan" dalam bahasa Indonesia, memiliki makna yang sangat luas, mencakup "Pemeliharaan" (Al-Murrabi), penolong (AL-Nashir), pemilik (Al-Malik), yang memperbaiki (Al-Mushlih), tuan (Al-Sayyid) dan Wali (Al-Wali). Konsep ini bermakna bahwa ekonomi Islam berdiri diatas kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik dan pengendali alam raya yang tadirnya-Nya menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan ketetapan-Nya (Sunnatullah).[11]

Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah maka konsep produksi didalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat Al-Qashash:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".(QS. Al-Qashash {28} : 77)

  1. KEMULIAAN HAKIKAT KEMANUSIAAN SEBAGAI KARAKTER PRODUKSI
Tujuan dari produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan mashlahah yang optimum bagi konsumen atau bagi manusia secara keseluruhan. Dengan mashlahah optimum ini, maka akan dicapai falah yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falah adalah kemuliaan hidup di dunia dan akhirat yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia.[12]

Alur tujuan kegiatan produksi dapat diambil dari suatu subtansi bahwa karakter yang terpenting dalam perspektif ekonomi Islam yang mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemanusiaan dari hidup manusia. Kemuliaan harkat manusia harus mendapat perhatiannya besar dan utama dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktifitas yang bertentangan dengan pemuliaan harkat kemanusiaan dapat dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam.

Karakter produksi tersebut yang membawa implikasi penting dalam teori produksi. Misalnya dalam memandang kedudukan manusia, khususnya tenaga kerja, dengan kapital (financal capital). Dalam pandangan konvensional, tenaga kerja dan kapital memiliki kedudukan yang setara dimana keduanya adalah subsitusi sempurna.

Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah Saw, memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi yaitu:
1.      Tugas manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dan langit deserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahman dan Rahim-Nya kepada manusia.
2.      Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi.
3.      Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.
4.      Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya Agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudrat dan memaksimalkan manfaat.[13]

Kaidah-kaidah dalam produksi:
1.      Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2.      Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian dan ketersediaan sumber daya alam.
3.      Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
4.      Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian Umat.
5.      Meningkatkan koalitas sumber daya manusia baik koalitas spiritual maupun mental dan fisik.[14]

  1. ATRIBUT FISIK DAN NILAI PRODUK
Sebuah produk menjadi berharga atau bernilai bukan semata karena adanya berbagai atribut fisik dari produksi tersebut, tetapi juga karena adanya nilai (value) yang dipandang berharga oleh konsumen. Konsep ekonomi Islam tentang atribut fisik suatu barang mungkin tidak berbeda dengan pandangan pada umumnya, tetapi konsep nilai yang harus ada dalam setiap barang adalah nilai-nilai keislaman (Islamic values). Adanya nilai-nilai ini pada akhirnya akan memberikan berkah tidak bisa dianggap sebagai barang / jasa yang memberikan mashlahah.

Jadi, dengan cara pandang seperti ini maka kuantitas produk diekspresikan sebagai berikut:
            QM=qF+qB
            Ket:QM=barang yang memiliki mashlahah
            qF=atribut fisik barang
            qB=berkah barang tersebut

  1. INPUT PRODUKSI DAN BERKAH
Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim disebut input atau faktor produksi, yaitu segala hal yang menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Pada dasarnya, faktor produksi atau input ini secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu input manusia (human input) dan input non-manusia (non human input). Yang termasuk dalam input manusia adalah tenaga kerja / buruh dan wirausahawan, sementara yang termasuk dalam input non manusia adalah sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik lainnya (physical capital). Itu semua dilandasi oleh dua alasan yaitu:
a.       Manusia adalah faktor produksi yang memiliki peran paling penting dalam keseluruhan faktor produksi. Manusia menjadi faktor utama, sedangkan non-manusia menjadi input pendukung.
b.      Manusia adalah makhluk hidup yang tentu saja memiliki berbagai karakteristik yang berbeda dengan faktor produksi lainnya.

Sebagaimana diketahui, berkah maupun komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output.

  1. TUJUAN PRODUKSI
Tujuan dari produksi Islam adalah untuk menciptakan mashlahah yang optimum bagi konsumen atau bagi manusia secara keseluruhan. Dengan mashlahah yang optimum ini, maka akan tercapai falah yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falah adalah kemuliaan hidup didunia dan akhirat yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia.

Tujuan produksi dalam sisi makro adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mencapai kemakmuran nasional seuatu Negara.
            Secara mikro tujuan produksi meliputi:
$    Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan meningkatkan proses produksi secara terus-menerus.
$    Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan biaya produksi.
$    Meningkatkan jumlah dan mutu produksi.
$    Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi.
$    Memenuhi kebutuhan dan kepentingan producen serta konsumen.[15]

  1. TINJAUAN PENENTU KEKAYAAN SUATU NEGARA
Abdurrahman Ibn Khaldun alias Abu Yazid, Ulama terkemuka kelahiran Tunisia (1332) dan wafat di Cairo (1406) menegaskan bahwa kekayaan suatu Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di Negara tersebut. Kekayaan suatu Negara ditentukan oleh dua hal:

a.       Tingkat Produksi Domestik
Suatu Negara bisa saja mencetak sebanyak-banyaknya, tetapi hal itu bukan merupakan fleksi pesatnya pertumbuhan sector produksi (baik barang maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sector produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya orang memiliki pilihan untuk memproduksi dua jenis barang, yaitu beras dan jagung dengan ..........
b.       





[1] Tim Penulis P3EI, Ekonomi Islam,h.259.
[2] Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam. H.101.
[3] File:///H:/muhammadzainudin,KONSEP PRODUKSI EKONOMI ISLAM.htm.
[4] File:///H:/muhammadzainudin,KONSEP PRODUKSI EKONOMI ISLAM.htm.
[5] Dr. Said Sa'ad Marthan, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global,h.51.
[6] Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam, h.103.
[7] File:///H:/muhammadzainudin,KONSEP PRODUKSI EKONOMI ISLAM.htm.
[8] File:///H:/muhammadzainudin,KONSEP PRODUKSI EKONOMI ISLAM.htm.
[9] Frank Robert M, Micro Economics and Behavior, ed.2003.
[10] Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam, h.104.
[11] Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makro Ekonomi, h.98.
[12] Tim Penulis P3EI, Ekonomi Islam, h.264.
[13] Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam, h.101.
[14] Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam, h.101.
[15] File:///H:/muhammadzainudin,KONSEP PRODUKSI EKONOMI ISLAM.htm.

2 komentar:

  1. Artikel yang sangat menarik jika anda menginginkan kajian teori produksi perspektif tafsir al quran bisa anda lihat di http://lembagakeuangansyariah.com/teori-produksi-dalam-ekonomi-islam-pendekatan-tafsir-al-quran/

    BalasHapus